MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SWT

Saturday, 01 August 2020 Oleh Admin Kominfo
MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SWT
Bagikan

Pada waktu iedul adha ini, ternak kurban bergelimpangan, darahnya mengalir membuat tinta merah pada bumi yang fana, setelah menunaikan baktinya, mereka melepaskan nafasnya dengan memberi banyak manfaat. Sebelum ia disembelih ia penarik bajak sawah. Sesudah ia disembelih ia memberi makan pada manusia, kulitnya jadi pelindung alas kaki manusia, tulangnya menjadi kancing baju manusia. Segalanya bermanfaat, ia telah berkurban, menolong dan membantu manusia.


Kini rabalah diri kita, Qurban apa yang sudah diberikan kepada sesama hamba Allah? Qurban apa yang telah dibaktikan kepada Allah? Daging manusia tak berharga sedikitpun jika dijual di pasar. Tulang belulangnya tak berguna buat sepatu atau sandal. Maka Allah mewanti-wanti kepada manusia dalam keadaan apa ia diciptakan?

وخلق الانسان ضعيفا

"dan diciptakan manusia itu dalam keadaan lemah". (Q.S an-Nisaa : 27)


Allah telah menganugerahkan "kelemahan" atas manusia. Dan kelemahan itulah yang  menyebabkan menusia berkembang dan berbahagia. Sebab dalam kelemahan itulah terdapat kemajuan, modernisasi dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan teknologi. Sejak jaman nabi Adam hingga sekarang, manusia senantiasa menyingkirkan kelemahan dirinya serta kelemahan orang lain sehingga mendapat hidup lebih layak dan nikmat. Tapi sebaliknya, disebabkan sadar akan adanya kelemahan itu manusiapun dapat menjadi makhluk yang buas yang berbahaya bagi sesamanya sebagai korban untuk nafsu angkaranya. Homo humini lupus, manusia serigala bagi manusia lainnya. Islam mengajarkan agar umatnya memperhatikan kelemahan dirinya serta kelemahan sesamanya.


Pada suatu ketika Rasulullah hendak menyembelih seekor kambing. Maka pada saat itu para sahabat masing-masing mencari dan memikirkan kelemahan kawannya.
Seorang sahabat berkata :
يا رسول الله، عليّ ذبحها ! "wahai Rasulullah, biarlah hamba yang menyembelihnya ! Yang lain tidak tinggal diam, ia berkata: عليّ سلخها ! "biarlah hamba yang mengilitinya!. Yang lainnyapun sama tidak mau tertinggal, dan berkata : عليّ طبخها ! "biarlah hamba yang memasaknya!" Dan terakhir Rasulullah mencari kelemahan yang dapat beliau atasi, dan berkata: وعليّ جمع الحطب ! "dan biarlah aku yang mengumpulkan kayu bakarnya!"


Dari riwayat tersebut jelaslah setiap orang semestinya mencari kelemahan yang terdapat pada kawannya, kemudian setelah dipelajari, ia menyingsingkan lengan baju untuk menyiapkan qurban dirinya, mengisi kekosongan, menyingkirkan kelemahan itu baik dengan tenaga, kemampuan dan kepandaian masing-masing. Dengan diketahui  kelemahan kawan sesama hidup, terbukalah lapang untuk beramal shalih, berqurban, bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh rasa taqwa, berbakti kepadaNya.


Bahkan jika pengurus penyembelihan pun terbatas maka shaum arafah dan shalat sunnat hari ini adalah bentuk kurban seorang muslim. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Fakhruddin al-Razi dalam tafsirnya mengutip Sabda Nabi kepada Ka'b: "Wahai Ka'b! Puasa itu adalah perisai dan shalat itu adalah kurban".


Berbicara tentang kurban maka tidak lepas dari kisah kedua anak adam yaitu habil dan qabil sebagaimana direkam dalam al-qur’an al maidah 27 :


وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
 

Kisah mengenai mereka berdua, menurut apa yang telah disebutkan oleh bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf, bahwa Allah Swt. mensyariatkan kepada Adam a.s. untuk me­ngawinkan anak-anak lelakinya dengan anak-anak perempuannya karena keadaan darurat. Tetapi mereka mengatakan bahwa setiap kali mengandung, dilahirkan baginya dua orang anak yang terdiri atas laki-laki dan perempuan, dan ia (Adam) mengawinkan anak perempuannya dengan anak laki-laki yang lahir bukan dari satu perut dengannya. Dan konon saudara seperut Habil tidak cantik, sedangkan saudara seperut Qabil cantik lagi bercahaya. Maka Habil bermaksud merebutnya dari tangan saudaranya. Tetapi Adam menolak hal itu kecuali jika keduanya melakukan suatu kurban; barang siapa yang kurbannya diterima, maka saudara perempuan seperut Qabil akan dikawinkan dengannya. Ter­nyata kurban Habillah yang diterima, sedangkan kurban Qabil tidak diterima, sehingga terjadilah kisah keduanya yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam Kitab-Nya.


Dalam tafsir ibnu katsir Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas menceritakan sehubungan dengan firman-Nya: ketika keduanya mempersembahkan kurban. (Al-Maidah: 27); Mereka menyuguhkan kurbannya masing-masing, pemilik ternak menyuguhkan kurban seekor domba putih bertanduk lagi gemuk, sedangkan pemilik lahan pertanian menyuguhkan seikat bahan makanan pokoknya. Maka Allah menerima domba dan menyimpannya di dalam surga selama empat puluh tahun. Domba itulah yang kelak akan disembelih oleh Nabi Ibrahim a.s. Sanad asar ini jayyid.


Dari kisah habil dan habil ada dua sisi berbeda dimana satu sisi manusia menjadi penolong bagi kelemahan saudaranya, ini yang disebut para sosiolog bahwa manusia adalah homo humini socius, dan di sisi lain, manusia berubah menjadi pemangsa bagi manusia lainnya yang disebut sebagai homo homini lupus,  Jika semua manusia mempunyai kelemahan, maka apa yang menjadikannya pada satu sisi homo humini socius sedangkan pada sisi yang lainnya homo homini lupus?


Islam menjawab dengan satu kata IMAN. Orang yang mencuri pada dasarnya ingin menutupi kelemahan dirinya dalam masalah kebutuhan harta tetapi mengambil harta saudaranya  sendiri sehingga saudaranya  menjadi korban. Namun orang yang bekerja pada orang lain pada dasarnya menutupi kelemahan dirinya dalam kebutuhan harta dengan memanfaatkan kelemahan orang lain dalam kebutuhan tenaganya. Maka pada kasus ini saudaranya tidak menjadi korban tetapi menjadi penolong bagi saudaranya.

 

Allah mengambil tamsil iman itu dari binatang ternak, yang pada hari ini kita qurbankan sebagaimana firmannya :


وإن لكم فى الانعام لعبرة نسقيكم مما فى بطونه من بين فرث ودم لبنا خالصا سائغا للشاربيين.

 
"sesungguhnya untuk kalian, dalam ternak ada misal pengjaran, yaitu aku telah memberi kalian minum dari sesuatu yang dikandung binatang tersebut dalam perutnya, yang  berada di sekitar kotoran dna darah (ialah) air susu yang bersih, serta memberikan kenikmatan bagi siapa yang meminumnya" (Q.S an-Nahl : 66)


Demikianlah iman semisal susu yang dikelilingi segala kotoran dan kebusukan darah dengan tidak terpengaruh oleh bau busuk dan anyir, tapi bersih suci dan mengandung kesehatan yang menyehatkan peminumnya. Demikian pula lah semisal iman yang dikandung manusia, yang dikelilingi sekian  juta kemaksiatan hendaklah jangan terpengaruh tapi tetap dalam kesucian sebab itulah yang akan memberikan kemuliaan dan kenikmatan bagi setiap orang.


Iman adalah bibit ketaqwaan, dan kurban adalah wasilah pencapaiannya, oleh karena itu makna kurban tidak hanya sebatas udhiyyah atau sembelihan. Ar-raghib al-asfahani memberikan definisi tentang kurban sebagai berikut :


والقُرْبَانُ: ما يُتَقَرَّبُ به إلى الله وقُرْبُ العبد من الله في الحقيقة: التّخصّص بكثير من الصّفات التي يصحّ أن يوصف الله تعالى بها وإن لم يكن وصف الإنسان بها على الحدّ الذي يوصف تعالى به نحو: الحكمة والعلم والحلم والرّحمة والغنى، وقُرْبُ الله تعالى من العبد: هو بالإفضال عليه والفيض لا بالمكان


Dan kurban. Adalah segala sesuatu yang mendekatkan kepada Allah SWT, dimana bentuk kedekatan seorang hamba kepada allah adalah mengkhususkan diri dengan banyak sifat yang dimiliki Allah walau pun tidak sebagaimana Allah memiliki sifat itu pada batasannya seperti : bijaksana, ilmu, santun, penyayang dan merasa cukup. Sedangkan kedekatan allah kepada hamba-Nya adalah keutamaan dan kasih sayang dan pertolongan bukan dekat secara tempat.


Kedekatan allah terhadap hambanya dapat dicapai dengan melaksanakan amalan-amalan sunnah sebagaimana dalam hadits :


عن أبي هريرة قال: قال النبي صلّى الله عليه وسلم: «يقول الله عزّ وجلّ: أنا عند ظنّ عبدي، وأنا معه إذا ذكرني، فإن ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي، وإن ذكرني في ملأ ذكرته في ملأ خير منهم، وإن تقرّب إليّ شبرا تقربت إليه ذراعا، وإن تقرّب إليّ ذراعا تقرّبت إليه باعا، ومن أتاني يمشي أتيته هرولة» متفق عليه: البخاري في التوحيد 13/ 384، ومسلم في الذكر والدعاء برقم 2675. ما تقرّب إليّ عبد بمثل أداء ما افترضت عليه وإنه لَيَتَقَرَّبُ إليّ بعد ذلك بالنوافل حتى أحبّه
 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]



Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan melaksanakan apa yang telah diwajibkan padanya kemudian ia berusaha mendekatkan dirinya lagi setelah itu dengan melaksanakan amalan sunnah pasti aku akan mencintainya. Kelemahan manusia yang mendasar adalah mempunyai anak. Oleh karena itu hal ini tidak berlaku bagi Allah SWT. Pada satu sisi anak menjadi penutup kekurangan orang tuanya, namun di sisi lainnya anak menjadi penambah kekurangan orang tuanya. Hal ini yang Allah Isyaratkan dalam kisah penyembelihan Ismail sebagai Anak Ibrahim AS.


Nama nabi Ibrahim diabadikan dalam al-Quran 61 kali, melampaui nabi kita muhammad yang hanya disebut 4 kali. Demikian juga julukan yang diberikan Allah pada Nabi Ibrahim as bermacam-macam seiring dengan prestasi yang pernah diukirnya di pentas sejarah. Beliau oleh Allah diberi gelar abul anbiya' (bapak para nabi), ulul 'azmi (orang yang sabar dan teguh pendirian), dan khalilur rahman (kekasih Allah yang maha pengasih). Ia dijuluki abul anbiya' lantaran telah melahirkan para nabi dan orang-orang sholeh. Sebagaimana firman Allah:

 
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al Kitab.


Tidak banyak orang yang sukses melahirkan orang yang sukses pula. Berbeda dengan Nabi Ibrahim as yang melahirkan dua orang nabi: nabi Ismail dan Ishaq. Dari jalur nabi ismail terlahir nabi kita muhammad saw. Dan dari jalur nabi Ishaq terlahir nabi Ya'qub dan dari nabi Ya'qub ini terlahir semua nabi yang berasal dari bani Israil, sebagaimana yang ditulis Imam Ali As-shabuni dalam kitab annubuwwah wal anbiya'.


Kemudian pertanyaan yang muncul sekarang adalah apa rahasia di balik kesuksesan Nabi Ibrahim as yang melahirkan tokoh-tokoh besar tersebut. Menurut al-Quran, paling tidak ada 3 alasan:


1. Do'a yang selalu dipanjatkan.


Disebutkan dalam al-Quran bahwa dia senantiasa berdoa:


 رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Wahai Tuhanku karuniakanlah aku keturunan yang shalih


Doa tersebut dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim as jauh sebelum beliau menikah atau sebelum mempunyai anak, beliau tak henti-hentinya meminta kepada Allah, agar dikaruniai anak yang sholeh. Beliau tidak semata meminta dikaruniai anak, tapi juga memiliki misi agar anaknya kelak menjadi anak yang sholeh, bukan anak yang kaya, cendekiawan dll. Dan beliau tidak pernah putus asa dalam berdoa, dan baru pada usianya yang ke 86 tahun Allah memberikan karunia anak yang luar biasa sebagaimana yang diminta dalam doanya.


Di samping berdoa, juga mereka perlu melakukan sesuatu yang menyenangkan orang tua seperti berbakti, membantu, memberi citra baik, supaya kelak anak kita juga melakukan kebaikan yang menyenangkan dan membanggakan kita sebagai orang tua.  Rasulullah bersabda: بِرُّوْا آبَاءَكُمْ تَبِرُّكُمْ أبْنَاؤُكُمْ (الطبرانى عن ابن عمر) Berbaktilah kepada orang tuamu niscaya anakmu akan berbakti kepadamu


2. Kepedulian Nabi Ibrahim as pada pendidikan anak-anaknya


Dalam al-Quran diceritakan:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS Ibrahim : 35)


وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS Al-Baqarah : 132)


أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Ya`qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."


Ayat di atas membuktikan betapa besarnya perhatian Nabi Ibrahim as pada pendidikan anak-anaknya, dia tidak rela kalau anaknya bodoh atau berada pada jalur pendidikan yang salah. Jangan sampai terjadi, hanya karena alasan ekonomi, atau alasan pekerjaan, kita mengabaikan pendidikan anak kita dan tidak tahu menahu apa yang mereka pelajari, apa yang mereka lakukan selama ini. Sudahkah anak-anak kita mengamalkan ajaran agama secara benar? Sudahkan orang tua memberikan contoh teladan yang baik pada mereka? Kalau belum bersiaplah untuk menerima cobaan Allah melalui anak kita.


Ketahuilah bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan akhlaq dan agama. Sedangkan pendidikan umum merupakan pendukung dari pendidikan agama tersebut. Terpuruknya bangsa ini bukan karena sumberdaya manusianya yang kurang cerdas, tetapi karena bobroknya moral dan akhlaq. Mereka yang tidak dilandasi akhlak, dengan ilmunya akan melakukan korupsi, penyalahgunaan jabatan, dan mereka dengan kekayaannya akan membolehkan segala cara demi meraih kekuasaan dan kepuasan nafsunya.


Banyaknya kasus kenakalan remaja seperti pergaulan bebas, narkoba, tawuran dll, terjadi akibat dari kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua terhadap akhlaq mereka. Menurut data Depkes (2004), di Indonesia terdapat 12-19 juta orang rawan untuk terkena HIV dan diperkirakan ada 95.000-130.000 penduduk yang tertular HIV dan separoh dari jumlah tersebut korbannya adalah remaja usia 12-19 tahun. Faktor yang sangat berpengaruh pada penularan HIV/AIDS adalah perilaku seks bebas, dan penggunaan narkoba. Perkiraan pengguna narkoba saat ini adalah 1,3-2 juta orang. Dari jumlah tersebut 30-93% terinfeksi HIV. Juga Indonesia terkenal dengan tawuran pelajarnya. Tahun 2012 ini saja sudah ada 300-an kasus tawuran pelajar yang menewaskan 12 pelajar. Anehnya lokasi tawuran ini masih dekat dengan sekolah tempat mereka belajar.


Fakta ini sungguh ironis, kita semua harus bertanggungjawab terhadap masa depan mereka. Oleh karena itu kita harus berkorban harta demi pendidikan anak-anak kita, kita juga harus berkorban waktu demi mengawasi pergaulan anak-anak kita dan kita juga harus berkorban tenaga demi mengarahkan mereka menuju hal-hal postif yang diridhoi Allah swt.


3. Kepedulian Ibrahim pada kesejahteraan anak dan keluarga


Nabi Ibrahim as adalah sosok seorang bapak yang baik, dan suami yang bertanggung jawab. Demi membahagiakan keluarganya, Nabi Ibrahim as rela merantau ribuan kilometer dari Palestina ke Mesir, dan itu dilakukan beberapa kali meskipun kondisi alam yang tandus dan panas. Sebagaimana diungkapkan dalam doa Nabi Ibrahim as: 


رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.


Rasulullah menyatakan bahwa seseorang yang bekerja keras guna mencari rizki yang halal untuk keluarga, dinilai oleh Allah sebagai sadaqah yang tertinggi. Dalam hadis beliau bersabda:


وَدِينَارٌ أنْفَقْتَهُ عَلَى أهْلِكَ ، أعْظَمُهَا أجْراً الَّذِي أنْفَقْتَهُ عَلَى أهْلِكَ . رواه مسلم

Satu dinar dari harta yang engkau nafkahkan untuk keluargamu merupakan pahala yang paling besar di sisi Allah


Jatuhnya perekonomian dunia saat ini, berdampak pada banyaknya gelombang PHK di mana-mana, sehingga banyak pengangguran. Data kompas menyebutkan bahwa jumlah pengangguran terbuka sebanyak 11,6 juta orang. Meskipun demikian, sebagai seorang muslim kita tidak boleh berputus asa, dan sebaliknya harus bangkit singsingkan lengan untuk menatap hari esok dengan penuh optimisme dan harapan baru yang lebih baik. Allah berjanji, selama seseorang berusaha secara maksimal di jalan Allah, pastilah ia akan menemukan jalan kesuksesan. Allah berfirman:


وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS Al-Ankabut : 69)


Maka dari kisah penyembelihan Nabi ismail oleh Nabi Ibrahim hingga digantikannya oleh seekor kambing dapat kita ambil hikmah bahwasanya kelemahan manusia terletak pada sesuatu yang disayanginya, namun melalui sebuah pengorbanan, apa yang disayanginya akan menjadikan wasilah datangnya kasih sayang dari Allah SWT.

Miftah Husni, S.Kom.I